RENCANA AKSI SEKOLAH BUDAYA DESA NAGARAWANGI - DESA NAGARAWANGI

Rencana Aksi Sekolah Budaya
LATAR BELAKANG
Rencana aksi sekolah budaya ini mengambil tema sekolah alam yang memfokuskan pada budaya pengolahan lingkungan melalui pemberdayaan pada Kelompok Tani Hutan Pembudidaya Lebah Trigona (teuweul) di Desa Nagarawangi. Proses pembudidayaan lebah trigona ini pada dasarnya merupakan pengetahuan tradisional yang sering dilaksanakan oleh masyarakat lama sebagai alternatif pengobatan. Berdasarkan berbagai penelitian, ternyata kandungan madu trigona ini lebih unggul dari pada madu jenis lainnya. Madu ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan madu laiinya sehingga memungkinkan dapat menjadi alternative untuk peningkatan kapasitas pendapatan untuk meningkatkan perekonomian. Namun dibalik pemanfaatan madunya sebagai obat dan sebagai alternatif untuk peningkatan ekonomi, nilai pengetahuan lama yang terkandung di dalamnya menjadi lebih penting untuk dikemukakan dan diolah. Tidak hanya sekedar membudidayakan, atau tidak hanya sekedar menghasilkan madu, proses pembudidayaan lebah ini akan keterkaitan dengan proses penciptaan lingkungan yang baik, sehat, dan asri. Sehingga, nilai-nilai pengolahan lingkungan yang baik akan menjadi penentu keberhasilan dari proses pembudidayaan lebah trigona ini.
Beberapa hal di bawah ini adalah efek yang dihasilkan dari proses pembudidayaan lebah trigona:
1. Lebah trigona adalah jenis serangga tak bersengat penghasil madu yang mengambil nektar dari berbagai jenis bunga. Untuk penyediaan vegetasinya, pembudidaya dipastikan akan menyediakan dan menanam berbagai jenis bunga agar ketersediaan nektar lebih banyak. Efek yang dihasilkan dari penanaman bunga ini menjadikan lingkungan terlihat lebih asri.
2. Lebah trigona adalah jenis serangga (insect) yang sensitif terhadap berbagai jenis obat kimia (insectisida) termasuk pupuk kimia. Hal ini berimbas pada kebiasaan warga sekitar yang ikut membudidayakan lebah trigona ini untuk menjauhi berbagai bahan kimia dan mulai mengembalikan kebiasaan kepada penggunaan pupuk kompos. Ini adalah hal yang baik dalam mengembalikan ekosistem lingkungan yang sehat.
3. Masyarakat di sekitar kelompok tani hutan ini juga mulai memperhatikan masalah pembuangan sampah agar lingkungan menjadi lebih bersih.
Hal ini adalah proses yang sedang diupayakan oleh Kelompok Tani Hutan Benteng Muda Mandiri di Desa Nagarawangi untuk menata lingkungan yang baik serta berupaya menanamkan nilai-nilai lama dalam pengolahan lingkungan kepada masyarakat sekitar. KTH ini membuat sebuah perencanaan untuk menjadikan Kampung Pasirbenteng di Desa Nagarawangi ini menjadi sebuah kampung wisata dengan proses pembudidayaan lebah trigona sebagai aset utamanya. Kampung ini direncanakan akan diset menjadi taman Bunga yang dapat mendukung aset utama yaitu lebah. Dengan demikian, pengolahan lingkungan di kampung ini juga harus ditata dengan baik, sehingga dapat mendukung upaya pembangunan kampung wisata ini.
Hal tersebut yang menjadi latar belakang tim daya desa untuk memasukan tema sekolah budaya (lingkungan dan sekolah alam) untuk membantu mewujudkan lingkungan yang sehat di sekitar tempat pembudidayaan lebah trigona yang diset menjadi kampung wisata.
Adapun tujuan yang menjadi target adalah mendorong pengembangan kampung wisata ini menjadi sebuah lahan edukasi lingkungan yang bisa dijadikan sebagai lahan percontohan pengembalian nilai-nilai pengetahuan lama terutama dalam bidang pengolahan lingkungan.
Berikut adalah deskripsi tahapan-tahapan pelaksanaan rencana aksi
PERSIAPAN PELAKSANAAN SEKOLAH BUDAYA
Persiapan pelaksanaan ini diawali dengan mengkoordinasikan seluruh elemen masyarakat dengan pemerintahan setempat. Elemen masyarakat ini terdiri dari tokoh, kelompok tani, kelompok pemuda, karang taruna, taruna karya, dan warga biasa. Sedangkan untuk pemerintahan sudah dikoordinasikan dari mulai tingkat desa sampai tingkat kabupaten. Setelah melaksanakan koordinasi, kemudian dirancang format-format kegiatan terkait tema sekolah budaya (budaya lingkungan dan sekolah alam) dengan target sasaran kegiatan yaitu kelompok tani, kelompok pemuda, karang taruna, dan warga setempat. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang dirancang yaitu:
1. SEMINAR DESA BUDAYA
Kegiatan seminar desa budaya adalah bentuk pemaparan dan sosialisasi program Desa Budaya kepada masyarakat Desa Nagarawangi beserta jajaran pemerintahan setempat. Pemaparan ini sangat diperlukan agar masyarakat Desa Nagarawangi memahami betul tujuan program ini dilaksanakan.
2. PELATIHAN PENATAAN LINGKUNGAN SEKOLAH BUDAYA DI DUSUN PASIRBENTENG
Kegiatan kedua yaitu mengadakan pelatihan yang dikhususkan kepada warga Dusun Pasirbenteng sebagai tempat keberadaan kelompok tani hutan dan sebagai lokasi pembudidayaan lebah trigona. Kegiatan pelatihan ini ditujukan untuk membantu proses penataan kampung wisata agar tujuan utamanya menjadi lahan edukasi lingkungan tercapai. Jadi, pembangunan kampung wisata ini tidak hanya ditujukan untuk menampilkan atau menjual keindahan alam saja, namun ada muatan edukasi yang lebih penting.
3. SEMINAR KALA CAKRA (PENGENALAN KONSEP WAKTU KALENDER KUNO SUMEDANG UNTUK PENGOLAHAN LINGKUNGAN DAN ALAM)
Kegiatan ketiga yaitu melaksanakan seminar dengan tema Kala Cakra. Kala Cakra ini merupakan pengetahuan lama yang membahas tentang konsep waktu penanggalan kalender kuno Sumedang. Sistem penanggalan ini merupakan rujukan bagi beberapa kelompok masyarakat di Sumedang sebagai patokan penggunaan musim. Pengetahuan lama ini masih dipakai oleh beberapa kalangan karena beberapa anggapan bahwa sistem penanggalan masehi dan hijriyah sudah tidak akurat untuk dipakai mengukur musim. Hal ini menjadi penting untuk diungkap dalam seminar ini dengan tujuan untuk mengolah sistem yang terkait dengan musim seperti musim bercocok tanam atau pertanian agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
4. PELATIHAN KEPADA KARANG TARUNA DESA DALAM PENGEMBANGAN WISATA DESA
Kegiatan keempat yaitu pelatihan kepada Karang Taruna desa dengan topik pengembangan wisata desa. Sasaran kegiatan ini yaitu pemuda-pemudi yang tergabung dalam unit-unit taruna karya pada masing-masing RW. Taruna karya adalah sub bagian dari karang taruna. Pemusatan materi pada kalangan anak muda ini ditujukan untuk bekal terhadap mereka dalam mengembangkan wilayahnya. Selain itu, mereka dapat diberikan bekal pengetahuan untuk memaksimalkan potensi pribadinya untuk mengembangkan potensi di lingkungannya masing-masing sebagai bahan aset wisata.
5. PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH POHON PISANG UNTUK BAHAN KERAJINAN
Kegiatan kelima yaitu masih dalam bentuk pelatihan dengan topik pemanfaatan limbah pohon pisang sebagai bahan dasar kerajinan. Sasaran kegiatan ini tertuju pada kelompok pemuda dan warga. Potensi alam di desa Nagarawangi merupakan salah satu produsen pisang yang cukup banyak. Namun pohon pisang yang ditebang, biasanya hanya dibiarkan menjadi busuk tanpa ada proses pengolahan yang lain. Padahal batang pohon pisang yang dikeringkan bisa diolah menjadi tali sebagai bahan dasar membuat kerajinan seperti tas, kursi, hiasan, alat dapur dan sebagainya.
6. PELATIHAN PEMANFAATAN POTENSI SENI UNTUK ASET WISATA DESA
Kegiatan keenam masih dalam bentuk pelatihan. Pelatihan ini menyasar tema ke aspek budaya lainnya yaitu kesenian. Desa Nagarawangi yang berada di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang merupakan salah satu wilayah yang masih terdapat kesenian-kesenian tradisional serta adat budaya yang masih dipertahankan. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat dijadikan aset tambahan untuk wisata desa ini, sehingga bagi masyarakat terutama di kalangan anak muda diperlukan adanya pelatihan dalam memaksimalkan potensi ini.
7. LAUNCHING SEKOLAH BUDAYA
Kegiatan terakhir yaitu Launching Sekolah Budaya di Dusun Pasirbenteng. Launching ini akan menjadi sangat penting untuk mengenalkan dan awal mempromosikan kegiatan sekolah budaya di lingkungan dusun Pasirbenteng yang akan dijadikan kampung wisata. Sekolah budaya (budaya lingkungan dan sekolah alam) ini harus menjadi bagian dari kampung wisata dan prosesnya berkelanjutan. Diharapkan wisatawan yang datang kesini bukan hanya sekedar berwisata saja, namun ada pengalaman edukasi yang bisa digunakan sebagai perbandingan dalam mengolah tata lingkungan.